waktu

Assalamu'alaikum. Ya Ihkwa fillah selamat datang di blog KAMMIsupel( Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia komisariat IAIN sunan Ampel Surabaya). Di sinilah ajang berkumpul para Aktifis dakwah dalam menyalurkan pemikirannya demi Ummat manusia !!! KOMISARIAT SUNAN AMPEL MENGUCAPKAN AHLAN WASAHLAN BIHUDURIKUM bagi yg mau posting opini silakan mengirimnya di e-mail: kammi_supel@yahoo.com atau hub. kadep. Public Relation

Sabtu, 12 Maret 2011

Analisis Sang Pencerah: Ajarkan Nilai Prinsip dan Toleransi Sekaligus

Film Sang Pencerah kini sudah lebih dua pecan sejak 8 September 2010 beredar dan di tonton oleh masyarakat di bioskop-bioskop mulai dari kota metropolitan hingga ke daerah daerah seluruh tanah air.

Realitas sejarah bagi seorang KH Ahmad Dahlan memang tak bisa dipisahkan dengan Muhammadiyah. Karena prinsip-prinsip dalam melaksanakan praktek keagamaan benar-benar menjadi sebuah idealisme bagi putera kelahiran kauman sebagai orang dekat di lingkungan Kraton Yogjakarta.

Dalam Film sang Pencerah ini ternyata dilakoninya dengan penuh bijaksana dan cerdas. Betapa idealisme KH Ahmad Dahlan yang sebelumnya bernama Muhammad Darwis dalam usia yang sangat muda mampu menawarkan konsep modern dalam membangun Islam. Namun pada dirinya tetap mempertahankan prinsip-prinsip Islam sesuai yang diajarkan Al-Qur’an dan Sunnah rasulullah SAW.

Tantangan dalam memperjuangkan prinsip-prinsip itupun penuh dengan liku-liku panjang bahkan harus berhadapan dengan cemoohan dan sikap keras masyarakat yang berlawanan pendapat dengan Ahmad Dahlan saat itu. Namun pahit manis serta suka duka perjuangannya ia hadapi dengan penuh senyum dan jiwa yang tenang.

Sosok pribadi Ahmad Dahlan inilah sesungguhnya pelajaran berharga bagi kita semua antara mempertahankan prinsip-prinsip kebenaran yang diyakini dengan sikap toleransi bagi siapapun yang berbeda pandangan termasuk wilayah pergaulan yang pluralis. Lantas dimanakah relevansinya dengan kondisi saat ini?

Kita bisa mencermati perubahan apa saja yang dilakukan Ahmad Dahlan baik sebelum maupun sesudah pergi haji , sprit dalam menimba ilmu pengetahuan dan sikap intelektualitas Ahmad Dahlan sekembalinya dari Makkah sangat pantas diteladani umat dan bangsa saat ini. Apalagi pengaruh sikap pembaharuan Afghani dan Abduh melalui kitab-kitab tafsir Qur’an yang ia pelajarinya terbukti sangat melekat pada diri Ahmad Dahlan sehingga cita-cita perubahan agar umat merdeka dari penjajahan termasuk feodalisme yang kerap menyimpang dari nilai-nilai Islam.

Perubahan merupakan cita-cita dan idealisme-nya namun toleransi yang sangat tinggi tetap dijadikan sikapnya berhadapan dengan pandangan yang berbeda dari pihak yang tak sama pendapatnya perihal masalah-masalah agama dan cara perjuangan.

Sang Pencerah yang telah diputar di bioskop-bioskop selama Lebaran Idul Fitri hingga saat ini dan terus dipadati pengunjung.

Berikut Ringkasan sinopsis filmnya :

Sepulang dari Mekah, Darwis muda (Ihsan Taroreh) mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah Bid’ah /sesat.

Melalui sarana Langgar / Surau nya Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah di masjid Agung Kauman yang mengakibatkan kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, bernama Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo) sehingga surau Ahmad Dahlan dirobohkan dengan cara kekerasan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Bahkan, Ahmad Dahlan juga di tuduh sebagai kyai Kafir hanya karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda.

Ahmad Dahlan sang pencerah juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya dikarenakan dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa yang ada di organisasi kebangsaan bernama Budi Utomo. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Ahmad Dahlan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid murid setianya : Sudja (Giring Nidji), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adishwara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif).

Ahmad Dahlan bersama lima murid-nya itu pada akhirnya membentuk organisasi yang diberi nama:Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga tidak di injak-injak oleh penjajah waktu itu. Begitu juga praktek-praktek keagamaan yang dinilainya bid’ah dan sesat. Dalam dialog Ahmad Dahlan bersama sang murid-muridnya, beliau mengatakan bahwa Muhammadiyah artinya: pengikut kanjeng Nabi Muhammad SAW.


By: Anto' (Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Surabaya)

Tidak ada komentar:

Album KAMMI SUPEL