waktu

Assalamu'alaikum. Ya Ihkwa fillah selamat datang di blog KAMMIsupel( Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia komisariat IAIN sunan Ampel Surabaya). Di sinilah ajang berkumpul para Aktifis dakwah dalam menyalurkan pemikirannya demi Ummat manusia !!! KOMISARIAT SUNAN AMPEL MENGUCAPKAN AHLAN WASAHLAN BIHUDURIKUM bagi yg mau posting opini silakan mengirimnya di e-mail: kammi_supel@yahoo.com atau hub. kadep. Public Relation

Selasa, 18 Januari 2011

ISLAM di Dadaku, Islam Kebanggaanku



Wah, pastinya saat ini banyak masyarakat Indonesia pecinta sepakbola lagi seru-serunya bersemangat mendukung tim nasional sepakbola Indonesia. Gimana nggak, di ajang AFF Suzuki Cup 2010 ini tim nasional Indonesia berhasil lolos ke final setelah menghantam kesebelasan Filipina 1-0 di Stadion Gelora Bung Karno, 19 Desember 2010. Pertandingan leg kedua ini Indonesia yang jadi tuan rumah sedikit lebih tenang karena di pertandingan pertama sudah mengalahkan Filipina dengan skor tipis 1-0. Kedua gol yang bersarang di gawang Filipina dalam dua pertandingan itu diborong pemain hasil naturalisasi, Cristian Gonzales. Maka di final Indonesia akan berhadapan (kembali) dengan tim nasional Malaysia yang di semifinal berhasil mempermalukan Vietnam. Mampukah Indonesia kembali menghancurkan Malaysia sebagaimana di babak penyisihan grup dengan skor telak 5-1?
meski pada akhirnya menjadi pemenang piala AFF 2010
Akh en Ukh, sejak tim nasional di ajang AFF Suzuki Cup 2010 ini, dukungan banyak mengalir kepada Irfan Bachdim dkk. Maka, lagu Garuda di Dadakuyang dinyanyikan band Netral sering terdengar di mana-mana: “Garuda di dadaku/ Garuda kebanggaanku/ Ku yakin hari ini pasti menang…/ Kobarkan semangatmu/ Tunjukkan keinginanmu/ Ku yakin hari ini pasti menang…” Hehehe.........
ini adalah penggalan lagu bernuansa nasionalis abis yang akhir-akhir ini jadi penyemangat masyarakat pecinta sepakbola di tanah air dalam mendukung timnas sepakbolanya.




Nah, ngomongin seputar antusiasme masyarakat pecinta sepakbola, sepertinya mereka rela mendukung timnas Indonesia dengan datang langsung ke stadion. Nggak peduli harus basah-basahan karena keujanan saat antri beli tiket. Rela datang jauh-jauh dari luar kota dengan modal pas-pasan. Malah saya pernah baca di media massa ada seorang kakek asal Pasuruan, Jawa Timur yang nekat menjual belasan ayam miliknya demi modal untuk berangkat ke Senayan mendukung Firman Utina dkk. Si kakek tetap semangat datang ke Jakarta meski menurut pengakuannya ia harus “perang dingin” dulu sama istrinya atas keputusannya tersebut. Ada-ada saja. Ckckck… sampe sebegitunya ya?

Boss, menyaksikan fenomena tersebut, seorang teman waktu ngobrol dengan saya, dia bilang: “Memang sih, kalo permainan sepakbola itu bagus, maka akan menumbuhkan industri yang berputar di situ. Persoalan menang atau kalah bukan lagi ukuran utama, karena dengan disuguhkan aksi asik dari para pemain bola yang bertanding saja sudah puas, apalagi kalo menang”. Saya setuju dengan komentarnya. Alasannya, bahwa memang itulah yang terjadi di kompetisi Eropa dan Amerika Latin saat ini.
Di Inggris, sepakbola tumbuh bukan sekadar olahraga tapi industri. Penonton selalu membludak memenuhi stadion di semua pertandingan yang digelar akhir pekan. Itu artinya, gelontoran duit yang berputar di arena itu sangat menggiurkan. Selain itu, industri ‘ikutan’ lainnya seperti agen judi jadi ketiban ‘durian runtuh’. Coba deh, kalo kamu nonton BPL (Barclays Premier League) di Inggris, La Liga di Spanyol atau Serie A di Italia banyak perusahaan judi bola berani jadi sponsor klub. Namanya ditampilkan di kaos para pemain.



Industri lainnya juga ikut berputar ketika sepakbola sudah jadi tambang uang: percetakan, media massa, transportasi, penginapan, pakaian, merchandise, restoran, perusahaan barang dan jasa yang memanfaatkan para pemain untuk model iklannya dan semua yang terikat-kait mendukung industri utama sepakbola. Semua menyatu dalam kebersamaan mencari untung. Nah, Indonesia sudah mulai berbenah. ISL (Indonesia Super League) telah menumbuhkan harapan para penggila sepakbola di tanah air. Jangan heran pula jika lahir bintang-bintang baru hasil dari kompetisi tersebut. Sebagian yang beruntung bakalan dipanggil memperkuat tim nasional melawan laga-laga resmi atas nama negara.

Inilah fenomena yang ada saat ini, Bos......
Dimana masyarakat kita sudah mulai melirik kembali sepakbola sebagai hiburan dan sekaligus harapan menjadikan kebanggaan atas nama bangsa dalam kancah sepakbola. Sehingga bisa disejajarkan dengan negara lain yang sudah lebih dahulu maju. Tapi, benarkah kemenangan di ajang sepakbola bisa mengangkat harga diri bangsa? Jangan-jangan itu hanya hembusan angin surga dari para kapitalis agar masyarakat kita tetap mencintai sepakbola dan menjadikannya sebagai hiburan. Sementara bagi para kapitalis sepakbola adalah tambang uang. Bisa jadi kan? Bukan tak mungkin, lho.
Indonesia negeri muslim terbesar, Gan!
akh en ukh, kira-kira kamu ngerti nggak dengan subjudul yang ditulis ini? Yup, sesuai judul edisi kali ini, maka gaulislam ingin menangkap momen yang ada saat ini dengan Islam. Judulnya pun, kita tulis “ISLAM di Dadaku, Islam Kebanggaanku”. Benar, jika banyak kaum muslimin pecinta sepakbola timnas Indonesia saat ini rame-rame meneriakkan “Garuda di Dadaku”, maka sebagai seorang muslim sejati, kita hanya menjadikan Islam sebagai pedoman hidup kita. Jadi, nggak salah dong kalo kamu berani berteriak: “Islam di Dadaku”; “Aku bangga menjadikan Islam sebagai pedoman hidupku”; “Saat ini, Islam pasti menang”; “Kuyakin, Islam pasti berjaya!” dan lain sebagainya. Keren bukan?

Indonesia adalah negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia, Gan. Duh, kayaknya agak malu-maluin deh kalo sampe jumlah yang banyak itu kini kualitas kepribadian Islamnya amat kedodoran.

............
antz

Tidak ada komentar:

Album KAMMI SUPEL